Review Suzuki Jagoan F150
Sudah usang juga tidak posting di blog ini meski hanya untuk sekedar berbagi. Kebetulan di sore yang mendung ini teringat tunggangan motor yang gres 1 bulan dimiliki. Ya, sesuai judul posting di atas, Suzuki Satria F150 Limited Edition. Motor belibis kopling ini menggantikan Suzuki Smash keluaran tahun 2005 yang sudah menemani hidup di kota Yogyakarta selama lebih dari 5 tahun. Banyak kenangan, suka, dan murung bersama tunggangan lama. Oke, sudah cukup ceritanya. Sekarang mari kita lanjut ke review. Perlu diketahui, review ini menurut atas pengalaman pribadi, tidak bermaksud promosi, apalagi menjelek-jelekkan produk lain.
Suzuki Satria F150, ialah salah satu tipe motor belibis sport keluaran Suzuki menggantikan Suzuki Satria 125cc sebelumnya. Banyak perubahan yang dilakukan Suzuki untuk menciptakan produknya semakin digemari para kawula muda. Mengapa? Tentu saja lantaran bentuknya yang cukup keren dan ramping serta kapasitas mesin yang besar untuk ukuran motor bebek. Itulah sebabnya Suzuki menyebut belibis andalannya ini sebagai Hyper-Underbone.
Jujur, gres kali ini mempunyai motor yang menggunakan kopling manual meski beberapa tahun kemudian pernah mencar ilmu lewat honda CBR 150cc. Alhasil selama awal dikendarai motor sering mati mendadak akhir tidak sengaja melepas tuas kopling. Maklum, lebih terbiasa dengan motor matic dan semi-kopling.
Setelah 1 bulan pemakaian, yang sanggup saya rasakan dari motor ini ialah RESPONSIF. Kendalinya amat lincah dan sangat ringan apalagi bobotnya hanya 95kg (tanpa terisi bensin). Alhasil, menyelip di kemacetan terasa mantap. Di gigi tinggi (gigi 5 dan gigi 6), tenaganya terasa "ngisi" terus bahkan digeber hingga lebih dari 110km/j terasa masih sanggup naik lagi. Setang yang rendah dan lebih menekuk menciptakan posisi berkendara tampak bergaya balap (racing style) meski sedikit mengorbankan kenyamanan (bikin bahu pegal).
Jok yang tidak terlalu licin dan bodi yang ramping seolah menjadi embel-embel kenyamanan berkendara. Adanya indikator ECO di panel setang juga cukup mempunyai kegunaan untuk menciptakan cara berkendara kita menjadi ekonomis energi (lampu eco riding akan menyala menunjukkan waktunya oper gigi). Lampu utamanya sudah mengaplikasikan fitur AHO (Automatic Headlight On) jadi tidak kita temukan lagi saklar lampu on-off. Cukup mempunyai kegunaan semoga tidak ditilang polisi akhir lupa menyalakan lampu di siang hari.
Di motor Suzuki Satria F150 Limited Edition yang saya miliki, saluran warna emas memang mendominasi hampir seluruh penggalan motor. Membuatnya terkesan pribadi dan bergaya ala racing. Desain headlamp yang lebih besar juga tampak lebih baik dari pada pendahulunya, Satria 150cc keluaran awal. Bicara kekurangannya, paling utama ialah bentuk bodinya. Bodi yang ramping dan jok yang kecil menciptakan posisi duduk menjadi kurang nyaman, apalagi untuk pembonceng di belakang terasa terlalu sempit. Bodi ramping juga menciptakan tidak ada kawasan sama sekali untuk meletakkan barang di bawah jok. Saat berkendara di RPM tinggi, terasa sekali getaran dari roda yang hingga ke pergelangan tangan sehingga sering menciptakan tangan menjadi kram.
Suzuki Satria F150 menggunakan kompresi 10,2:1 yang artinya harus menggunakan Pertamax (Ron 92 ke atas). Inilah masalahnya. Harga materi bakar yang lebih mahal dari premium dan mesin berkapasitas besar (150cc) menciptakan materi bakar terasa sangat boros. Dari pengalaman, 1 liter pertamax kurang lebih sanggup untuk melaju 20-30km saja. Penggunakan materi bakar beroktan tinggi juga menciptakan mesin terasa cepat (dan sangat) panas, hal ini memang selaras dengan performa yang didapatkan. Energi yang besar sebanding dengan jumlah kalor yang besar, bukan?
Di banyak sekali blog saya banyak membaca review dan artikel mengenai Suzuki Satria F150 ini. Sebagian besar berisi komentar negatif dan menjelek-jelekkan. Utamanya kalau dibandingkan dengan Yamaha Vixion. Kenapa harus Vixion? Karena memang rentang harganya sanggup dikatakan mirip/mendekati. Oh, come on! Satria dan Vixion ialah dua kelas motor yang berbeda. Vixion ialah kelas cruiser dan Satria "masih" di kelas bebek.
Anda yang mempunyai tubuh tinggi tentu merasa lebih nyaman menunggangi Yamaha Vixion. Apalagi kalau bukan lantaran jarak dari tanah ke joknya yang tinggi. Ada yang bilang shock belakang Satria keras. Saya rasa tidak. Ada "settingan" khusus dari pabrikan pada empuk-kerasnya shock. Anda yang mempunyai berat tubuh lebih (baca: gendut) tentu merasa shock keras. Saya dengan berat tubuh 70kg dan pembonceng 60kg merasa shock sangat empuk bahkan sesudah melibas lubang di jalan.
Ada yang membandingkan dengan Kawasaki Ninja atau Honda CBR? Ya ampun, dari range harga saja sudah terlalu jauh apalagi dilihat dari spesifikasi mesinnya. Lalu membandingkan dengan apa? Tengok saja yang kira-kira sekelas ibarat Honda CS1 atau Kawasaki Athlete. Tapi tentu saja ada yang harus anda renungkan seksama. Sebagus apapun motornya, tetap saja pengendara ialah faktor utamanya. Valentino Rossi yang menunggangi Honda CBR mungkin sanggup menyalip meskipun saya menggunakan motor Ducati Monster :D
Okey, hingga di sini ya postingannya. Silahkan pilih motor yang sesuai dengan budget dan kebutuhan anda. Ketahuilah bahwa saya hanya orang biasa yang menyebarkan warta luar biasa.
Suzuki Satria F150, ialah salah satu tipe motor belibis sport keluaran Suzuki menggantikan Suzuki Satria 125cc sebelumnya. Banyak perubahan yang dilakukan Suzuki untuk menciptakan produknya semakin digemari para kawula muda. Mengapa? Tentu saja lantaran bentuknya yang cukup keren dan ramping serta kapasitas mesin yang besar untuk ukuran motor bebek. Itulah sebabnya Suzuki menyebut belibis andalannya ini sebagai Hyper-Underbone.
Jujur, gres kali ini mempunyai motor yang menggunakan kopling manual meski beberapa tahun kemudian pernah mencar ilmu lewat honda CBR 150cc. Alhasil selama awal dikendarai motor sering mati mendadak akhir tidak sengaja melepas tuas kopling. Maklum, lebih terbiasa dengan motor matic dan semi-kopling.
Baca Juga
Setelah 1 bulan pemakaian, yang sanggup saya rasakan dari motor ini ialah RESPONSIF. Kendalinya amat lincah dan sangat ringan apalagi bobotnya hanya 95kg (tanpa terisi bensin). Alhasil, menyelip di kemacetan terasa mantap. Di gigi tinggi (gigi 5 dan gigi 6), tenaganya terasa "ngisi" terus bahkan digeber hingga lebih dari 110km/j terasa masih sanggup naik lagi. Setang yang rendah dan lebih menekuk menciptakan posisi berkendara tampak bergaya balap (racing style) meski sedikit mengorbankan kenyamanan (bikin bahu pegal).
Jok yang tidak terlalu licin dan bodi yang ramping seolah menjadi embel-embel kenyamanan berkendara. Adanya indikator ECO di panel setang juga cukup mempunyai kegunaan untuk menciptakan cara berkendara kita menjadi ekonomis energi (lampu eco riding akan menyala menunjukkan waktunya oper gigi). Lampu utamanya sudah mengaplikasikan fitur AHO (Automatic Headlight On) jadi tidak kita temukan lagi saklar lampu on-off. Cukup mempunyai kegunaan semoga tidak ditilang polisi akhir lupa menyalakan lampu di siang hari.
Di motor Suzuki Satria F150 Limited Edition yang saya miliki, saluran warna emas memang mendominasi hampir seluruh penggalan motor. Membuatnya terkesan pribadi dan bergaya ala racing. Desain headlamp yang lebih besar juga tampak lebih baik dari pada pendahulunya, Satria 150cc keluaran awal. Bicara kekurangannya, paling utama ialah bentuk bodinya. Bodi yang ramping dan jok yang kecil menciptakan posisi duduk menjadi kurang nyaman, apalagi untuk pembonceng di belakang terasa terlalu sempit. Bodi ramping juga menciptakan tidak ada kawasan sama sekali untuk meletakkan barang di bawah jok. Saat berkendara di RPM tinggi, terasa sekali getaran dari roda yang hingga ke pergelangan tangan sehingga sering menciptakan tangan menjadi kram.
Suzuki Satria F150 menggunakan kompresi 10,2:1 yang artinya harus menggunakan Pertamax (Ron 92 ke atas). Inilah masalahnya. Harga materi bakar yang lebih mahal dari premium dan mesin berkapasitas besar (150cc) menciptakan materi bakar terasa sangat boros. Dari pengalaman, 1 liter pertamax kurang lebih sanggup untuk melaju 20-30km saja. Penggunakan materi bakar beroktan tinggi juga menciptakan mesin terasa cepat (dan sangat) panas, hal ini memang selaras dengan performa yang didapatkan. Energi yang besar sebanding dengan jumlah kalor yang besar, bukan?
Di banyak sekali blog saya banyak membaca review dan artikel mengenai Suzuki Satria F150 ini. Sebagian besar berisi komentar negatif dan menjelek-jelekkan. Utamanya kalau dibandingkan dengan Yamaha Vixion. Kenapa harus Vixion? Karena memang rentang harganya sanggup dikatakan mirip/mendekati. Oh, come on! Satria dan Vixion ialah dua kelas motor yang berbeda. Vixion ialah kelas cruiser dan Satria "masih" di kelas bebek.
Anda yang mempunyai tubuh tinggi tentu merasa lebih nyaman menunggangi Yamaha Vixion. Apalagi kalau bukan lantaran jarak dari tanah ke joknya yang tinggi. Ada yang bilang shock belakang Satria keras. Saya rasa tidak. Ada "settingan" khusus dari pabrikan pada empuk-kerasnya shock. Anda yang mempunyai berat tubuh lebih (baca: gendut) tentu merasa shock keras. Saya dengan berat tubuh 70kg dan pembonceng 60kg merasa shock sangat empuk bahkan sesudah melibas lubang di jalan.
Ada yang membandingkan dengan Kawasaki Ninja atau Honda CBR? Ya ampun, dari range harga saja sudah terlalu jauh apalagi dilihat dari spesifikasi mesinnya. Lalu membandingkan dengan apa? Tengok saja yang kira-kira sekelas ibarat Honda CS1 atau Kawasaki Athlete. Tapi tentu saja ada yang harus anda renungkan seksama. Sebagus apapun motornya, tetap saja pengendara ialah faktor utamanya. Valentino Rossi yang menunggangi Honda CBR mungkin sanggup menyalip meskipun saya menggunakan motor Ducati Monster :D
Okey, hingga di sini ya postingannya. Silahkan pilih motor yang sesuai dengan budget dan kebutuhan anda. Ketahuilah bahwa saya hanya orang biasa yang menyebarkan warta luar biasa.
SPESIFIKASI SATRIA F150 | |
---|---|
Panjang Keseluruhan | 1.945 mm |
Lebar Keseluruhan | 652 mm |
Tinggi Keseluruhan | 941 mm |
Jarak Antara As Roda | 1.280 mm |
Jarak Mesin ke Tanah | 95 mm |
Berat Kendaraan | 95 kg |
Tinggi Tempat Duduk | 764 mm |
MESIN | |
Jenis | 4-Tak, DOHC, Berpendingan Udara, SACS, 4-Katup |
Jumlah Silinder | 1 (satu) |
Diameter Silinder | 62 mm |
Langkah Piston | 48.8 mm |
Kapasitas Silinder | 147.3 cc |
Perbandingan Kompresi | 10.2 : 1 |
Daya Maksimum | 16 Ps/9.500 rpm |
Torsi Maksimum | 1.27 Kg.m . 8.500 rpm |
Karburator | MIKUNI BS 26 - 187 |
Saringan Udara | Jenis Kertas |
Sistem Starter | Elektrik dan Kaki |
Sistem Pelumasan | Perendaman Oli |
TRANSMISI | |
Kopling | Manual plat beragam tipe basah |
Transmisi | 6 Percepatan |
Arah Perpindahan Gigi | 1 Ke bawah, 5 Ke atas |
Rantai Penggerak | DID 428 DS, 122 mata |
RANGKA | |
Suspensi Depan | Teleskopik, pegas spiral, alas oli |
Suspensi Belakang | Lengan ayun, pegas spiral, alas oli |
Sudut Kemudi | 45° (Kanan dan Kiri) |
Radius Putar | 2m |
Rem DepanRem Belakang | Cakram/Cakram |
Ukuran Ban Depan | 70/90-17 38S |
Ukuran Ban Belakang | 80/90-17 44S |
KELISTRIKAN | |
Sistem Pengapian | CDI |
Busi | NGK CR8E/ DENSO U24ESR-N |
Accu | 12 V (2,5 Ah)/10 HR |
Kapasitas : | |
Tangki Bahan Bakar | 4,9 L |
Dengan penggantian saringan oli | 1.100 ml |
Tangki Oli Mesin | 1000 ml |