Review Yamaha X-Ride

Setelah sebelumnya aku sempat menuliskan review motor Suzuki Satria F150, kini aku kembali ingin menulis review motor. Berbeda dengan Satria F150 yang merupakan motor angsa kopling manual dari Suzuki, review kali ini yaitu motor matic terbaru dari Yamaha. Ya! Apalagi kalau bukan Yamaha X-Ride.

Jujur, dari awal aku sudah tertarik dengan motor ini ketika diperkenalkan di Thailand sebagai Yamaha TTX. Desainnya benar-benar "out of the box", sangat stylish dengan penampilan Modern hight Tech. Peruntukannya memang menyerupai mirip Honda Zoomer-X, yakni dual purpose matic. Sayang desain Zoomer-X yang berdasarkan aku agak "kelewatan" dan ketidak-pastian kapan keluar di Indonesia menciptakan aku mempunyai Yamaha X-Ride. OK! Sekarang lanjut ke reviewnya.

Model yang digunakan untuk review kali ini yaitu Yamaha X-Ride Special Edition dengan tambahan aksesoris hand guard, visor set, dan protector muffler bila dibandingkan dengan varian standar. Kenapa pilih yang Special Edition? Pas beli ternyata tidak ada stok untuk yang tipe Adventure dan yang punya warna 3 macam hanya varian Special Edition. Harganya 15 jutaan (lupa persisnya), lebih mahal daripada Mio J dan Mio GT.

Tampilan Yamaha X-Ride memang sangat menarik hati bahkan sempat menjadi materi pola modifikasi rider tanah air sebelum fisiknya hadir di pasaran. Desain body tampil macho, garang, dan berwibawa meskipun bila diperhatikan seksama cukup gendut. Tengok saja tinggi daerah duduk yang mencapai 78 cm dengan jarak main ke tanah (ground clearance) 15,2 cm, menciptakan hampir semua polisi tidur (police trap) tidak bertanggung-jawab tidak berkutik di hadapan Yamaha X-Ride. Halah! Tapi tingginya daerah duduk menciptakan aku sedikit harus jinjit (maklum tinggi aku hanya 165 cm) dan kaki tidak menapak tepat ketika sedang berhenti di atas motor.

Yang tidak umum di motor matic lain yaitu setangnya. Setang Yamaha X-Ride ini lebih panjang dari matic dan moped biasa. Konon hal ini akan menciptakan handling-nya lebih gampang dikendalikan di jalan yang jelek. Benarkah? Benar, aku telah mencoba di jalan yang berlubang dan penuh batu terasa sekali setang yang lebar mempermudah pengendalian si matic. Apalagi disertai dengan tapak ban belakang yang lebar, menciptakan slip jarang terjadi. Tapi tapak yang lebar dengan alur yang agak jarang ini justru membuatnya lebih gampang slip di jalanan yang lembap dan licin. Kualitas ban penyababnya? Entahlah...

Bagian body belakang yang cukup gembrot ternyata bermanfaat menciptakan daerah duduk terasa lega dan lapang (apalagi bila dibandingkan dengan Satria). Jok dua warna yang empuk ini juga menawarkan kesan trendi dan gaul serta sangat lezat dilihat daripada jok satu warna yang tampak monoton. Penampilan yang tampak "berat" ini ternyata tidak selaras dengan handling-nya. Pergerakan matic Yamaha ini lincah dan sigap. Tarikan mesin terasa ringan di putaran bawah membuatnya gampang ditekuk di kemacetan kemudian lintas dan lebih pede ketika mengerem alasannya yaitu diameter cakram lebih lebar 3 cm dari matic biasa.

Lampu senja berbentuk V menawarkan aksen glamor dan keren yang akan menyala ketika kunci diputar ke "On", begitu juga dengan lampu belakang. Lampu sein didesain terpisah dari bodi utama sehingga menciptakan penampilan semakin gagah dan macho. Khusus untuk lampu sein belakang diberikan karet lentur sehingga tidak gampang rusak ketika tertekuk (bahkan hingga 90o!). Cahaya lampu-lampunya terang, terutama lampu utama yang bergaya menyerupai motor penjelajah. Area sinar lampu juga cukup lebar dan jauh alasannya yaitu reflektor yang besar sehingga memudahkan ketika berkendara di malan hari. Asyiknya lagi, terangnya cahaya dari lampu utama tidak bergantung dari putaran mesin. Mirip motor sport, nih..!

Peredam kejut X-Ride tipe twintube berdiameter besar dibangga-banggakan pihak Yamaha alasannya yaitu diklaim lebih maksimal untuk meredam getaran dan goncangan dari ban. Saat aku tes memang demikian, terasa empuk. Tetapi ketika melibas polisi tidur ganda (lebih dari 1) menyerupai di perlintasan kereta api, shock breaker menyerupai tidak bisa menahan goncangan dan kesannya getaran tersalurkan hingga setang. 1 hal lagi yang dirasa mengganjal, entah kenapa aku sering mencicipi pegal terutama di potongan pinggul bila mengendarai lebih dari 1 jam. Apakah alasannya yaitu segitiga riding yang buruk atau aku yang belum terbiasa dengan motor ini? Entahlah . . .

Bicara konsumsi BBM tentu tidak sama antara orang satu dengan yang lainnya. Kenapa? Karena dipengaruhi dari cara berkendara masing-masing orang, medan yang ditempuh, beban dan berat pengendara, dan lain sebagainya. Tetapi dari pengalaman aku dengan motor matic lain menyerupai Honda Vario 110, Honda Beat, Yamaha Mio, dan Suzuki Nex konsumsi BBM X-Ride terbilang agak boros kurang lebih berkisar 30-40 km/liter dengan bobot pengendara total 130 kg.

Kesimpulan: Motor Yamaha X-Ride ini memang desainnya perjaka banget. Karena daerah duduk cukup tinggi, mungkin tidak semua cewek merasa cocok mengendarainya (kecuali dibonceng). Konsumsi BBM yang agak boros ditebus dengan penampilan yang gagah dan pengendalian yang menyenangkan.

Tulisan ini BUKAN iklan! 100% review dan pendapat pribadi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel