Film-Film Dceu: Terburuk Hingga Terbaik
UlasanPilem telah menyusun daftar peringkat semua film DC Extended Universe, diurutkan dari yang terburuk hingga yang terbaik. Dimana posisi 'Aquaman'?
Dengan dirilisnya Aquaman beberapa hari yang lalu, total sudah ada 6 film dalam DC Extended Universe (DCEU). Jumlah ini sudah memenuhi standar artikel peringkat pemancing klik dari Konvensi Clickbaiters Internasional, yang berarti sudah saatnya saya menyusun daftar peringkat dari semua film DCEU.
Seperti yang kita tahu, DCEU merupakan semesta sinematis bagi superhero dari DC Comics, menyerupai Superman, Batman, Wonder Woman, The Flash, dkk yang dikembangkan oleh Warner Bros. Saya tak tahu dengan visi Warner Bros, namun kesininya banyak kalangan yang memposisikan DCEU sebagai rival dari Marvel Extended Universe (MCU) milik Marvel yang sudah terlebih dahulu mendulang sukses dengan The Avengers-nya.
Perdebatan soal mana yang lebih baik, DC atau Marvel, begitu pelik hingga sulit dicari titik temunya, hanya kalah dari perdebatan mazhab bubur diaduk versus bubur tak diaduk. Pelik lantaran perdebatan ini bukan semata soal kualitas filmnya, melainkan lebih lantaran militansi fanbase-nya yang sangat paripurna. Saya sedang membicarakan kedua belah pihak lho ini. Memang, faktanya film-film dari DCEU lebih banyak menerima kesan negatif dibanding MCU. Tapi tak semuanya jelek-jelek amat juga sih.
Nah, kalau posisi Suicide Squad atau Wonder Woman dalam DCEU, jawabannya sudah jelas. Tapi bagaimana dengan Aquaman? Oleh karenanya, inilah waktunya bagi kita untuk meninjau kembali apa saja yang sudah disuguhkan oleh DCEU sejauh ini.
Daftar ini hanya akan memuat film DC yang berada di dalam DCEU saja. Makara tidak akan ada Superman lawas, Batman lawas (apalagi versi Adam West), atau trilogi The Dark Knight. Film solo Jonah Hex, Catwoman, atau bahkan Green Lantern (yang awalnya direncanakan sebagai pembuka DCEU) juga tak akan dimasukkan lantaran tak sah masuk DCEU. Lagipula, mereka terlalu hancur untuk dibahas. Singkatnya, semua film-film sebelum Man of Steel takkan ada disini.
Berikut daftarnya:
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem
#06 Suicide Squad
Tak banyak yang bisa disukai dari film ini, selain dari penampilan Margot Robbie sebagai Harley Quinn yang sukses merebut hati banyak penonton. Film ini terlalu padat dengan aneka macam macam huruf yang colorful tapi David Ayer tak tahu harus berbuat apa dengan mereka (saya serahkan opini mengenai performa Jared Leto sebagai Joker versi preman kepada anda). Plotnya nyaris tak ada. Dan dikala ada, penuh dengan cacat dan campur aduk. Saya masih tak bisa mendapatkan kenapa dan bagaimana para supervillain ini bisa dikumpulkan menjadi satu tim oleh pemerintah untuk menanggulangi super-supervillain, yang tak lain dan tak bukan, yakni sebuah kekacauan CGI yang generik.
Kekacauan di diam-diam tercermin di dalam film. Tone-nya asing dan kentara sekali ingin terlihat gaul. Trek lagu rock yang cadas asal ditempel tanpa tahu momen. Tampaknya pasca Batman v Superman dikritik lantaran terlalu suram, Warner Bros ingin menciptakan Suicide Squad tampil lebih ringan, namun akhirnya malah sebuah film gaje yang tidak serius tapi tidak pula asyik. Pembuat film mencampurkan semua yang bisa mereka campurkan, mengaduknya menjadi satu, dan tahu-tahu kita mendapati sebuah gado-gado yang menghabiskan waktu kita hingga dua jam. Tak semua sayur atau buah cocok digado-gado. Pisang, contohnya. [Ulasan lengkapnya klik disini]
#05 Batman v Superman: Dawn of Justice
Saya kira "dosa" terbesar dari Batman v Superman: Dawn of Justice yakni mencampakkan ekspektasi penonton, menghancurkannya berkeping-keping, kemudian membakarnya menjadi abu. Dari judulnya saja, film ini menyerupai sudah ditakdirkan akan menjadi film yang epik. Pertarungan antara dua superhero paling ikonik di jagad fiksi yang seharusnya menjadi sebuah momen yang monumental malah menjelma olok-olok mengenai nama "Martha" dan meme duka Ben Affleck. Ayolah, ini bukan sinetron India.
Melanjutkan Man of Steel, Zack Snyder ingin mempersembahkan sebuah film superhero yang lebih realistis. Namun Snyder bukan Christopher Nolan; suram tak selalu bersinonim dengan realistis. Alih-alih, film ini menjadi depresif tanpa peduli terhadap huruf dan filmnya secara keseluruhan (semua orang disini sepertinya tak ada yang bahagia. Day versus Night? More like Night versus Night). Meski demikian, Snyder hebat dalam menghadirkan potongan gambar yang keren walau tak selalu mengena secara naratif. Oh iya, Snyder juga sukses memperlihatkan panggung bagi Wonder Woman yang di kemudian hari kita semua cintai. Ngomong-ngomong, ada yang ingat Doomsday? [Ulasan lengkapnya klik disini]
#04 Justice League
Yang menciptakan Justice League mendapat resepsi yang lebih baik mungkin yakni ekspektasi penonton yang sudah rendah. Semua terlihat lebih baik dikala kerangka berpikirnya yakni "setidaknya tak lebih buruk daripada Suicide Squad atau Batman v Superman". Ini tak bermaksud mengkerdilkan posisi filmnya. Film ini tetap merupakan sebuah momen yang ditunggu. Yang pertama untuk menjawab apakah ia bisa memanfaatkan momentum dari kesuksesan Wonder Woman. Dan kedua, memuaskan rasa ingin tau kita melihat para superhero DC dikumpulkan dalam satu film. Hasilnya? Justice League tidak mengecewakan berhasil memperkenalkan timnya kepada kita. Dinamikanya cukup renyah. Kurang lebih.
Sedikit berbeda dibanding pendahulunya, Justice League yakni film yang cukup fun tapi juga sangat generik. Dengan sentuhan tangan dari sutradara The Avengers, Joss Whedon pasca ditinggal Snyder, film ini kesannya menyerupai ingin mengambil formula yang ditempuh Marvel. Ringan lantaran diselipi humor, saya berasumsi pembuat filmnya berharap supaya kita bisa mengabaikan plot yang standar dan villain CGI yang payah. Yah, semoga ini bisa menjadi tombol mulai ulang bagi DCEU, khususnya sesudah kita melihat salah satu huruf utama (takkan saya ungkap) yang jadi lebih segar. [Ulasan lengkapnya klik disini]
#03 Aquaman
Kalau saya disuruh menceritakan ulang plot Aquaman kepada yang belum nonton, kemungkinan besar deskripsi akan menciptakan filmnya terdengar menyerupai film ampas. Dan memang, Aquaman adalah film yang ampas. Plotnya malas, dialognya cheesy, dan karakterisasinya payah. Namun saya tetap bakal merekomendasikannya, alasannya yakni anda tak akan menduga apa yang bakal anda dapatkan: sebuah film superhero yang sangat komikal dengan imbas visual menyilaukan yang tujuan utamanya yakni menusuk mata. Aquaman punya semesta yang ganjil, dan film solonya ini tak ragu-ragu untuk menghamparkannya di depan kita dengan gamblang. Kita akan melihat tentara yang mengendarai hiu berzirah dan kuda bahari raksasa, pertempuran besar yang melibatkan insan kepiting, dan Amber Heard yang menggunakan kebaya dari ubur-ubur.
Skala aksinya tak main-main, menandakan bahwa sutradara James Wan mencoba untuk memasukkan semua hal yang bisa ia bayangkan ke dalam filmnya, tak peduli entah itu terlihat menggelikan atau tidak. Kompetensinya juga tampak lewat penggarapan sekuens agresi yang eksplosif dan penggunaan angle yang sangat mantap. Keseluruhan film ini intinya hanyalah untuk memperlihatkan betapa kerennya Aquaman (dan Jason Momoa) dikala melaksanakan hal-hal konyol. Sekarang, tak ada lagi yang bakal mengolok kekuatan supernya yang bisa ngobrol dengan ikan. [Ulasan lengkapnya klik disini]
#02 Man of Steel
Di permukaan, alasan Zack Snyder untuk mendadani ulang Superman ini masuk akal: kisah origin Superman sudah selevel dengan lirik Mars Perindo, tak ada yang tak tahu kecuali yang tak punya televisi. Makara penonton butuh sesuatu yang baru. Dengan melucuti kata "Superman", Snyder menyajikan sebuah perubahan yang drastis. Meski poin plotnya relatif sama, namun pendekatannya lebih serius. Makhluk asing, yang mana Superman yakni salah satunya, tak diterima begitu saja di dunia yang normal ini. Bagi Superman sendiri, ia butuh hati baja untuk membela dunia yang tak mendapatkan apalagi mengapresiasi keberadaannya.
Film ini mungkin juga dimaksudkan sebagai padanan bagi The Dark Knight-nya Batman. Bahkan kostum Superman yang digunakan Henry Cavill juga telihat lebih gelap dari biasanya. Atmosfer kelam filmnya bagi saya cukup sesuai dengan ceritanya yang tidak mengecewakan berat. Snyder sukses memanusiakan mitologi superhero dengan memperlihatkan perspektif gres bagi Superman, bahwa prediket superhero ternyata juga bisa menjadi beban. Kritik Snyder sesuka anda; yang jelas, jarang sekali ada sutradara yang bisa menghadirkan imagery simbolis sekeren Snyder. Well, saya tolong-menolong cukup menyukai Man of Steel, setidaknya hingga babak terakhir yang melibatkan pertarungan spektakuler yang menghancurkan lebih dari separuh kota. Kekuatan Superman memang luar biasa, tapi pada dasarnya, prioritas seorang Superman yakni hajat orang banyak, bukannya pamer kekuatan. Kita tidak sedang menonton Dragon Ball.
#01 Wonder Woman
Setelah kita dihantam berturut dengan Suicide Squad dan Batman v Superman, Wonder Woman tiba sebagai oasis. Ini bukan kompetisi lagi. Wonder Woman yakni film pertama yang disepakati hampir semua orang sebagai film DCEU yang bagus. Gal Gadot membuktikan bahwa penampilan singkatnya dalam Batman v Superman bukan pesona sekejab mata, lantaran dalam film solonya pun ia sukses menjaga perhatian kita. Ia merepresentasikan karakteristik heroik yang kita cari dari seorang superhero menyerupai yang pernah dibawakan Christopher Reeves dalam Superman: tangguh, bertekad kuat, dan inspiratif. Seksi itu bonus. Uhuk.
Namun kesuksesan filmnya juga berkat sutradara Patty Jenkins. Menonton Wonder Woman, saya terkadang merasa menyerupai menyaksikan film drama perang dan penggalan inilah yang paling menarik. Ia memanfaatkan adegan agresi dengan efektif, khususnya beberapa sekuens perang di awal-awal. Komplain saya yakni pertarungan titik puncak yang mabuk CGI, tapi saya berasumsi ini lantaran petinggi Warner Bros yang mewajibkan setiap film DCEU harus berisi ledakan spektakuler. Wonder Woman tak termasuk salah satu film superhero paling definitif yang pernah dibuat, namun ia nrimo dan simpatik hingga sulit untuk tak disukai. [Ulasan lengkapnya klik disini]
Saya kira, ini yakni daftar yang tak begitu kontroversial. Menyusun daftar ini tak begitu sulit lantaran saya merasa kebanyakan penikmat film punya preferensi yang menyerupai soal film DCEU, setidaknya begitu yang saya dapati dari beberapa kolega saya. Kendati demikian, opini itu bersifat subyektif. Anda bisa saja punya pendapat yang berbeda dengan saya soal peringkat ini. Komentar? Kritik? Silakan di bawah. ■UP