3 Tragedi Alam Yang Akan Dialami Apple Alasannya Ialah Trump Jadi Presiden

Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum Presiden AS hari Selasa kemudian tampaknya tak hanya mengejutkan rakyat amerika yang sebelumnya memastikan bahwa Hillary Clinton yang akan meraih tampuk keprisidenan, namun juga mngejutkan masyarakat di dunia, tak terkecuali industri teknologi di Silicon Valley yang memandang pengusaha sekaligus bintang reality show itu dengan sebelah mata.



Seperti diketahui sebelumnya, berpengaruh dugaan apabila Trump memimpin, banyak sekali macam perusahaan raksasa di Ameria akan mendapat masalah, Apple contohnya. Sejak awal kampanye nya, Apple yang merupakan salah satu pemain terbesar di industri teknologi AS seringkali disinggung pribadi oleh Trump, dari perihal memindahkan produksi iPhone ke dalam negeri hingga imbauan agar Apple melonggarkan sekuriti produknya.

Tentusaja, dengan naiknya Trump ke bangku kepresidenan pun diprediksi bakal membawa sejumlah imbas buat Apple, si pabrikan gadget dengan nilai kapitalisasi pasar tertinggi di dunia. 

Apa saja? Berikut ini tiga di antaranya, sebagaimana dilansir dari Business Insider, Jumat (11/11/2016). 

1. Masalah Pajak

Sudah menjadi diam-diam umum bahwa korporasi besar AS -termasuk dari industri teknologi- gemar menyimpan duit di luar negeri demi menghindari pajak korporasi sebesar 35 persen. 

Di luar sektor finansial, dana sebesar 1,2 triliun dollar AS milik perusahaan-perusahaan asal Amerika diperkirakan terparkir di negara-negara lain. Dari angka tersebut, Apple adalah pemilik dana terbesar, mencapai 200 miliar dollar AS dalam bentuk uang kas dan surat berharga.

Trump pernah mengungkapkan rencananya mengurangi persentase pajak korporasi yang sebesar 35 persen demi mengalirkan dana repatriasi ke dalam negeri AS

"Kita akan mengembalikannya. Dana hanya akan dipajaki sebesar 10 persen, bukan 35 persen. Siapa yang mau memulangkan dana bila dikenai pajak 35 persen? Tak ada, alasannya yaitu memang tak ada yang melakukannya," kata Trump ketika berpidato di lembaga ekonomi New York, September lalu. 

Kalau benar terwujud, maka kebijakan Trump terkait pengurangan pajak korporasi itu bakal berdampak posifit buat Apple, juga raksasa-raksasa teknologi lain, menyerupai Microsoft dan Google yang turut memarkir dana di luar negeri.

Kebijakan serupa yang diterapkan mantan presiden AS George W. Bush pada 2004 dengan mengurangi sementara besaran pajak menjadi 5,25 persen berhasil memulangkan dana sebesar 312 miliar dollar AS.

3. Pabrik Apple akan Pindah


Apple yang merupakan salahs satu raksasa perusahaan teknologi di dunia memang diketahui bekerja sama dengan pemanufaktur Foxconn di China untuk memproduksi aneka gadget dan komputer buatannya. Hal ini menciptakan Trump meradang alasannya yaitu kegiatan produksi di luar negeri dipandang tak menguntungkan rakyat Amerika.

"Saya akan membuat Apple membikin komputer dan iPhone mereka di tanah kita, bukan di China", ujar Trump menyerukan janjinya bulan Maret lalu. "Saya akan mengembalikan lapangan kerja."

Baca Juga


Sayang, kesepakatan Trump yang satu ini agaknya sulit terwujud alasannya yaitu terganjal sejumlah duduk kasus serius. Pertama, produksi di AS bakal menimbulkan masalah logistik terkait distribusi komponen. Sebanyak 90 persen hardware iPhone menyerupai chip, baterai, dan modul kamera, misalnya, dibentuk di luar AS. 

Ongkos produksi pun lebih mahal di AS dan dapat menambah harga eceran iPhone sebesar 50 dollar AS sehingga ponsel tersebut kurang kompetitif di pasaran. Belum lagi soal tenaga kerja China yang lebih terampil daripada pekerja AS dalam hal manufaktur.

Namun Trump mungkin punya "senjata pamungkas" untuk memaksa Apple. Dia pernah mengungkapkan planning untuk mengenakan tarif tinggi untuk barang impor dari China.

"Saya akan kenakan pajak (untuk produk China)... Pajaknya harus sebesar 45 persen," ujar Trump dalam sebuah wawancara mengenai restrukturisasi perdagangan dengan China, awal tahun ini. 

3. Apple Harus Melonggarkan Security System


Februari lalu, Apple sempat berseteru dengan agen penyelidikan federal AS, FBI, karena perusahaan berlambang buah apel tergigit itu menolak membuka kunci iPhone yang dimilki teroris dengan alasan melindungi privasi.

Donald Trump ikut nimbrung dalam debat yang memanas hingga melibatkan para pelaku lain di industri teknologi ini. Dia mengajak konsumen Amerika supaya memboikot Apple sampai mau membuka kunci enkripsi iPhone dimaksud.

"Saya pakai iPhone dan Samsung," kicau Trump dalam sebuah tweet. "Kalau Apple tak mau menunjukkan info ke otoritas mengenai teroris, saya hanya akan memakai Samsung," serunya. Perlu ditambahkan bahwa Trump pernah dibayar untuk berbicara dalam acara-acara korporat Samsung.

Masalah mengenai iPhone teroris telah selesai ketika pengadilan membatalkan perintah agar Apple membobol iPhone. FBI kemudian meminta sumbangan pihak ketiga dan karenanya berhasil membuka kunci iPhone yang bersangkutan.

Kendati demikian, info sekuriti perangkat yang menyulitkan penegak aturan ini rawan muncul kembali ke permukaan apabila terjadi kasus serupa di massa depan. Entah apa yang akan dilakukan Trump ketika itu terjadi.

Meski berfungsi sebagai lembaga non-partisan, kenetralan FBI belakangan dipertanyakan ketika agen federal tersebut menilik kasus penggunaan server e-mail privat oleh rival Trump dalam pemilu, Hillary Clinton.

Administrasi Presiden Obama bahkan menuding Direkur FBI, James Comey, telah ikut serta mendukung Trump. Duet kedua orang ini boleh jadi akan memunculkan debat enkripsi jilid kedua yang akan kembali menyeret Apple.

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel