Bahaya Sinar Laser
Penggunaan sinar laser atau cahaya intensitas tinggi di banyak sekali bidang termasuk untuk peralatan kantor dan mainan anak, hingga kini belum diimbangi dengan pemahaman yang memadai atas teknologi sinar ini.
Guru besar Fisika Universitas Diponegoro Semarang, Prof. Dr. Ir. Wahyu Setia Budi, M.S. menjelaskan, di balik fungsi laser yang amat canggih di banyak sekali bidang termasuk kedokteran, militer, proses komunikasi optik dan lainnya, tersimpan ancaman di belakangnya.
Dia memperlihatkan contoh, mainan anak yang dilengkapi laser dengan daya lima miliwatt saja dapat mendatangkan problem jikalau tembakan sinar ini mengenai mata. Begitu pula pointer laser yang dipakai presentasi juga dapat merusak retina jikalau difokuskan ke mata, alasannya yaitu alat mungil ini juga memakai laser berdaya rendah.
"Bila mengenai mata terus-menerus, laser berdaya rendah tersebut tetap dapat merusak retina. Sebenarnya sudah ada petunjuknya, namun jarang yang mau baca," katanya.
Dia mengakui hingga kini belum ada kasus serius yang disulut terkena paparan laser, namun untuk menghindari insiden, tidak perlu harus menunggu ada korban.
Karena itu, ia mengingatkan, jangan sekali-sekali memancarkan arah laser ke mata meskipun daya laser itu sangat rendah. Laser mempunyai sifat istemewa, yaitu cahayanya amat cerah, fokus, koheren dan monokromatis. "Untuk aplikasi laser berdaya lebih besar, selalu gunakan kacamata khusus sesuai dengan warna sinar laser," saran Wahyu.
Karena sifat laser yang menyerupai itu, maka pada laser yang hanya berdaya lima miliwatt, cahayanya tetap fokus dan benderang di tengah paparan lampu berdaya ratusan watt.
Teknologi laser juga sering dipakai untuk pencahayaan (lighting) panggung pertunjukan. "Operator laser harus tahu bahwa sinar itu dihentikan mengenai eksklusif tubuh manusia, apalagi mata," kata Dekan MIPA Undip itu mengingatkan.
Doktor di bidang opto elektroteknika dan aplikasi laser lulusan UI Jakarta itu menyebutkan, ada empat kelas laser, yaitu dari yang terkecil dengan daya sekitar lima miliwatt hingga laser kelas empat berdaya gigawatt yang dapat dipakai untuk memotong pelat baja.
Dia mengemukan, beberapa negara sudah membentuk tubuh pengawas penggunaan laser, namun hingga kini Indonesia memandang pengawas menyerupai ini belum perlu meski penggunaan teknologi laser kian meluas.
Guru besar Fisika Universitas Diponegoro Semarang, Prof. Dr. Ir. Wahyu Setia Budi, M.S. menjelaskan, di balik fungsi laser yang amat canggih di banyak sekali bidang termasuk kedokteran, militer, proses komunikasi optik dan lainnya, tersimpan ancaman di belakangnya.
Dia memperlihatkan contoh, mainan anak yang dilengkapi laser dengan daya lima miliwatt saja dapat mendatangkan problem jikalau tembakan sinar ini mengenai mata. Begitu pula pointer laser yang dipakai presentasi juga dapat merusak retina jikalau difokuskan ke mata, alasannya yaitu alat mungil ini juga memakai laser berdaya rendah.
"Bila mengenai mata terus-menerus, laser berdaya rendah tersebut tetap dapat merusak retina. Sebenarnya sudah ada petunjuknya, namun jarang yang mau baca," katanya.
Dia mengakui hingga kini belum ada kasus serius yang disulut terkena paparan laser, namun untuk menghindari insiden, tidak perlu harus menunggu ada korban.
Karena itu, ia mengingatkan, jangan sekali-sekali memancarkan arah laser ke mata meskipun daya laser itu sangat rendah. Laser mempunyai sifat istemewa, yaitu cahayanya amat cerah, fokus, koheren dan monokromatis. "Untuk aplikasi laser berdaya lebih besar, selalu gunakan kacamata khusus sesuai dengan warna sinar laser," saran Wahyu.
Karena sifat laser yang menyerupai itu, maka pada laser yang hanya berdaya lima miliwatt, cahayanya tetap fokus dan benderang di tengah paparan lampu berdaya ratusan watt.
Teknologi laser juga sering dipakai untuk pencahayaan (lighting) panggung pertunjukan. "Operator laser harus tahu bahwa sinar itu dihentikan mengenai eksklusif tubuh manusia, apalagi mata," kata Dekan MIPA Undip itu mengingatkan.
Doktor di bidang opto elektroteknika dan aplikasi laser lulusan UI Jakarta itu menyebutkan, ada empat kelas laser, yaitu dari yang terkecil dengan daya sekitar lima miliwatt hingga laser kelas empat berdaya gigawatt yang dapat dipakai untuk memotong pelat baja.
Dia mengemukan, beberapa negara sudah membentuk tubuh pengawas penggunaan laser, namun hingga kini Indonesia memandang pengawas menyerupai ini belum perlu meski penggunaan teknologi laser kian meluas.